Sebuah Kelas: Kuliah dan Permainan
Lihat Detail

Sebuah Kelas: Kuliah dan Permainan

Oleh : Muh. Galang Pratama
Mahasiswa HPK7,8-FSH- UIN ALAUDDIN MAKASSAR (Angkatan 2013)

Bagi mayoritas mahasiswa, kuliah dalam kelas tentunya bukan menjadi hal yang tabu. Meskipun didalam proses suasana belajar dalam perguruan tinggi, kelas bukan menjadi satu-satunya hal krusial yang menjadi "wadah" untuk belajar para mahasiswa.

Hal itu disebabkan karena "rumah kampus" yang luas nan megah diisi oleh berbagai hal yang dapat menunjang perkembangan dari mahasiswa itu sendiri. Baik itu dari segi kognitif (knowledge), psikomotorik (skill) maupun psikis (mental attitude).

Ada 3 poin penting dari kata Italic (baca: kata bergaris miring) diatas. Yakni 1. Knowledge; 2. Skill; dan 3. Attitude. Apa maksud dari ketiga poin ini, penulis akan mencoba menjabarkannya melalui kutipan dari http://malicemrc.wordpress.com
  1. Knowledge : konsep, prinsip, informasi yang didapat dari proses pembelajaran/pengalaman.
  2. Skill : kemampuan utk melakukan aktivitas psikomotorik yg mempengaruhi seseorang utk menampilkan kinerja yg efektif pd suatu hal.
  3. Attitude : kecenderungan dasar utk merespon thdp objek tertentu berdasarkan keyakinan/opini kita.
Dewasa ini, para pemuda bangsa ini serta para kepada seluruh kalangan, memang sudah memperhatikan beberapa poin tersebut, utamanya pada poin pertama dan yang kedua yakni knowledge dan skill.

Namun, mayoritas orang dan utamanya pemuda masih sangat kurang dengan pendidikan mental Attitudenya. Orang-orang hanya sibuk memperbaiki dan terus mengasah knowledge/pengetahuannya dan skill/keterampilannya namun masih saja tidak mengacuhkan urgensi dari mental attitude/sikap dari seseorang.

Suasana kampus, kadangkala membawa para mahasiswa dalam kesusksesan namun dapat pula menyesatkan mahasiswa kedalam lembah pemikiran yang salah sebab sistem doktrin "keras" yang terpatri dalam jiwa dan hati para mahasiswa ketika mengikuti kegiatan "pengkaderan" di luar kampus.

Namun, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa seluruh bentuk pengkaderan yang ada dalam lingkungan sekitar mahasiswa itu tidak baik. Akan tetapi disini penulis tetap memberikan argumen yang jelas menurut hemat penulis sendiri bahwa kegiatan diluar kampus yang boleh diikuti ialah suatu hal yang kita jadikan wadah pengembangan akan skill yang setiap mahasiswa miliki.

Mahasiswa mesti lebih pintar untuk memilih wadahnya sendiri dalam rangka peningkatan skillnya dan bukan hanya itu bahwa yang mesti menjadi salah satu poin penilaian ialah jangan sampai ada kegiatan baik itu dilaksanakan dalam lingkungan dalam kampus, maupun diluar kampus, yang mana kegiatan itu mengganggu jam kuliah utama di dalam kelas.

Sebab, bagaimana pun tujuan dari mahasiswa adalah untuk kuliah dan kuliah itu ya tentunya menghadirkan diri dalam proses belajar-mengajar didalam kelas. Namun, beberapa pertanyaan kemudian muncul ketika urgensi edukasi dalam proses kuliah dalam kelas mulai mencuat ke permukaan yakni ketika rasa bosan, malas, kesal, pengap, kusut, dan rasa panas yang seakan-akan masuk menusuk jiwa-raga para mahasiswa ketika proses kuliah berlangsung.

Disinilah pentingnya ada formulasi pikiran yang dibentuk oleh paradigma seorang mahasiswa yang mestinya harus menganggap bahwa hadirnya diri;raga pada kelas adalah suatu kewajiban dalam rangka pemenuhan absensi akademik.

Ada metode yang baik untuk dapat dijadikan sebagai salah-satu acuan untuk menghindari perasaan "miring" dari mahasiswa ketika berada didalam kelas. Yakni bagaimana menjadikan sebagai kuliah itu berupa ajang permainan yang dimainkan oleh mahasiswa itu sendiri.

Permainan yang mana mahasiswa menjadi user atau penggerak utama dalam permainan itu. Mahasiswa di tuntut harus memenuhi 3 kriteria sukses atau kita bisa menyebutnya sebagai "3 Key Factor" dalam permainan agar dapat lolos menjadi finalis serta bisa mendapat tiket untuk maju ke bagian final permainan.

3 Key Factor itu ialah simple, unique dan focus. Tentunya kita sudah mengetahui ketiga maksud kriteria sukses itu yakni sederhana, unik dan fokus. Yakni para mahasiswa harus menerapkan kunci itu dalam proses permainan dan dalam hal ini ialah dalam proses kuliah (belajar-mengajar) itu sendiri.

Jadi, pentingnya sebuah wadah diluar kelas atau yang kadang diistilahkan dalam sebuah lembaga yakni sebagai sebuah organisasi ialah bagaimana organisasi itu dapat menunjang dan saling membantu para mahasiswa dalam meningkatkan serta mengasah skill serta bagaimana suasana kuliah didalam kelas mampu membawa efek knowledge yang jelas agar seorang mahasiswa mampu mendapatkan mental attitude yang baik, sehingga ke 3 poin penting itu yakni skill, knowledge serta mental attitude akan mampu membawa mahasiswa menuju kesuksesan yang di idam-idamkan.

@Gowa, 25 oktober 2014 at 02.30.

 
Oleh : Muh. Galang Pratama
Mahasiswa HPK7,8-FSH- UIN ALAUDDIN MAKASSAR (Angkatan 2013)

Bagi mayoritas mahasiswa, kuliah dalam kelas tentunya bukan menjadi hal yang tabu. Meskipun didalam proses suasana belajar dalam perguruan tinggi, kelas bukan menjadi satu-satunya hal krusial yang menjadi "wadah" untuk belajar para mahasiswa.

Hal itu disebabkan karena "rumah kampus" yang luas nan megah diisi oleh berbagai hal yang dapat menunjang perkembangan dari mahasiswa itu sendiri. Baik itu dari segi kognitif (knowledge), psikomotorik (skill) maupun psikis (mental attitude).

Ada 3 poin penting dari kata Italic (baca: kata bergaris miring) diatas. Yakni 1. Knowledge; 2. Skill; dan 3. Attitude. Apa maksud dari ketiga poin ini, penulis akan mencoba menjabarkannya melalui kutipan dari http://malicemrc.wordpress.com
  1. Knowledge : konsep, prinsip, informasi yang didapat dari proses pembelajaran/pengalaman.
  2. Skill : kemampuan utk melakukan aktivitas psikomotorik yg mempengaruhi seseorang utk menampilkan kinerja yg efektif pd suatu hal.
  3. Attitude : kecenderungan dasar utk merespon thdp objek tertentu berdasarkan keyakinan/opini kita.
Dewasa ini, para pemuda bangsa ini serta para kepada seluruh kalangan, memang sudah memperhatikan beberapa poin tersebut, utamanya pada poin pertama dan yang kedua yakni knowledge dan skill.

Namun, mayoritas orang dan utamanya pemuda masih sangat kurang dengan pendidikan mental Attitudenya. Orang-orang hanya sibuk memperbaiki dan terus mengasah knowledge/pengetahuannya dan skill/keterampilannya namun masih saja tidak mengacuhkan urgensi dari mental attitude/sikap dari seseorang.

Suasana kampus, kadangkala membawa para mahasiswa dalam kesusksesan namun dapat pula menyesatkan mahasiswa kedalam lembah pemikiran yang salah sebab sistem doktrin "keras" yang terpatri dalam jiwa dan hati para mahasiswa ketika mengikuti kegiatan "pengkaderan" di luar kampus.

Namun, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa seluruh bentuk pengkaderan yang ada dalam lingkungan sekitar mahasiswa itu tidak baik. Akan tetapi disini penulis tetap memberikan argumen yang jelas menurut hemat penulis sendiri bahwa kegiatan diluar kampus yang boleh diikuti ialah suatu hal yang kita jadikan wadah pengembangan akan skill yang setiap mahasiswa miliki.

Mahasiswa mesti lebih pintar untuk memilih wadahnya sendiri dalam rangka peningkatan skillnya dan bukan hanya itu bahwa yang mesti menjadi salah satu poin penilaian ialah jangan sampai ada kegiatan baik itu dilaksanakan dalam lingkungan dalam kampus, maupun diluar kampus, yang mana kegiatan itu mengganggu jam kuliah utama di dalam kelas.

Sebab, bagaimana pun tujuan dari mahasiswa adalah untuk kuliah dan kuliah itu ya tentunya menghadirkan diri dalam proses belajar-mengajar didalam kelas. Namun, beberapa pertanyaan kemudian muncul ketika urgensi edukasi dalam proses kuliah dalam kelas mulai mencuat ke permukaan yakni ketika rasa bosan, malas, kesal, pengap, kusut, dan rasa panas yang seakan-akan masuk menusuk jiwa-raga para mahasiswa ketika proses kuliah berlangsung.

Disinilah pentingnya ada formulasi pikiran yang dibentuk oleh paradigma seorang mahasiswa yang mestinya harus menganggap bahwa hadirnya diri;raga pada kelas adalah suatu kewajiban dalam rangka pemenuhan absensi akademik.

Ada metode yang baik untuk dapat dijadikan sebagai salah-satu acuan untuk menghindari perasaan "miring" dari mahasiswa ketika berada didalam kelas. Yakni bagaimana menjadikan sebagai kuliah itu berupa ajang permainan yang dimainkan oleh mahasiswa itu sendiri.

Permainan yang mana mahasiswa menjadi user atau penggerak utama dalam permainan itu. Mahasiswa di tuntut harus memenuhi 3 kriteria sukses atau kita bisa menyebutnya sebagai "3 Key Factor" dalam permainan agar dapat lolos menjadi finalis serta bisa mendapat tiket untuk maju ke bagian final permainan.

3 Key Factor itu ialah simple, unique dan focus. Tentunya kita sudah mengetahui ketiga maksud kriteria sukses itu yakni sederhana, unik dan fokus. Yakni para mahasiswa harus menerapkan kunci itu dalam proses permainan dan dalam hal ini ialah dalam proses kuliah (belajar-mengajar) itu sendiri.

Jadi, pentingnya sebuah wadah diluar kelas atau yang kadang diistilahkan dalam sebuah lembaga yakni sebagai sebuah organisasi ialah bagaimana organisasi itu dapat menunjang dan saling membantu para mahasiswa dalam meningkatkan serta mengasah skill serta bagaimana suasana kuliah didalam kelas mampu membawa efek knowledge yang jelas agar seorang mahasiswa mampu mendapatkan mental attitude yang baik, sehingga ke 3 poin penting itu yakni skill, knowledge serta mental attitude akan mampu membawa mahasiswa menuju kesuksesan yang di idam-idamkan.

@Gowa, 25 oktober 2014 at 02.30.