
Lihat Detail
Menjawab Siapa Aktor di Balik Penahanan Dahlan
![]() |
Source: avivsyuhada.files.wordpress.com |
#SaveDahlanIskan. Akhir-akhir ini, tagar itu buming seketika di pelataran media. Baik media online maupun media cetak. Apa gerangan yang terjadi pada Dahlan Iskan, Menteri BUMN di era SBY itu?
DAHLAN Iskan adalah sosok yang multi-leader. Mampu memimpin banyak perusahaan sekaligus. Dia menjadi komisaris utama lebih dari 50-an koran di Indonesia (Pimpinan Jawa Pos Group). Selain itu dia juga memimpin beberapa Perseroan Terbatas (PT) non media di negeri ini. Lantas dari banyaknya perusahaan yang dikendalikannya tersebut, baru kali ini ada satu Perusahaan, yakni PT Panca Wira Usaha (PWU) yang 'dipermasalahkan' yang kemudian membuat namanya diperiksa Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan pada akhirnya ia pun ditetapkan sebagai tersangka.
Dahlan ditahan oleh Kejati Jawa Timur pada Kamis malam, 27/10/2016 lalu. Alasan ia ditetapkan tersangka karena Dahlan menjual aset PT. Panca Wira Usaha (PWU) dan oleh karenanya dikatakan negara menjadi rugi puluhan miliar, meski kata “rugi” belum benar-benar diteliti hingga kini.
Prestise Dahlan Iskan
Banyak yang tak percaya mengapa Dahlan bisa ditahan. Sebab Dahlan dikenal oleh publik sebagai orang yang baik dan cerdas. Dia bukanlah seorang politisi. Karakter asli Dahlan adalah seorang wartawan yang memiliki sikap sederhana dan berjiwa tenang (lihatlah catatan hariannya di momentumdahlan.com, selama dalam penjara dia tetap menulis). Bukan hanya itu, Dahlan adalah pengusaha yang hebat yang tak ingin mengurusi hal keuangan. Sehingga menjadi wajar jika pergerakan Dahlan Iskan dapat memengaruhi hati orang banyak dan tak menutup kemungkinan banyak yang iri padanya -maklumlah ini kan Indonesia, tempat manusia yang banyak iri dan takut disaingi- termasuk dari penguasa politik di Indonesia.
Pilpres 2019
Sebentar lagi arena perpolitikan nasional akan dimulai. Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 sudah digadang gadang dari sekarang. Termasuk calon yang memiliki integritas baik di mata masyarakat. Saat ini sosok orang nomor satu di Indonesia sedang dicari. Beberapa isu disebar demi mengantar pikiran publik ke arah nama calon. Baik isu yang membawa kebaikan bagi seorang tokoh (dinaikkan citra positifnya) maupun yang membawa keburukan bagi seorang tokoh (menurunkan popularitasnya).
Di sinilah peran media banyak berperan. Yang kemudian membawa nama Dahlan mencuat ke publik. Orang orang semakin prihatin pada Dahlan, bahkan seorang tokoh yang seharusnya tak punya kepentingan bicara pun kini harus bicara. Seperti halnya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Yang saat ini harus bersuara pada kasus Dahlan.
Meski sebenarnya menurut Montesquieu (1689-1755) magnum opusnya, Spirits of the Laws yang dipublikasikan pada 1748 mengatakan bahwa negara dibagi ke dalam tiga kekuasaan: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Seperti itulah sistem yang diterapkan di Indonesia. Kalangan hukum menyebutnya trias politica. Dan pada masalah ini seharusnya Eksekutif (Wakil Presiden) tak boleh memasuki ranah Yudikatif. Ya, yang bisa memutuskan apakah Dahlan benar bersalah atau tidak adalah Yudikatif (yang mengadili bila terjadi pelanggaran atas undang-undang).
Masalah Dahlan adalah masalah Indonesia. Publik wajar bertanya. Apalagi sosok Dahlan telah dikenal luas hingga ke telinga rakyat jelata. Yang hidup di pinggiran rel kereta, atau di sekitar sungai di Jakarta. Namun di antara banyaknya orang yang menyukai Dahlan, ada juga pihak yang tak suka padanya.
Media pun dengan bebas mempublikasikan opini-opini publik tentang siapa di balik penahanan Dahlan. Bahkan media telah menjadi realitas ke dua yang memengaruhi pola pikir masyarakat. Masyarakat yang tak paham pada kasus ini, akan dibawa pada realitas palsu yang sudah sedemikian rupa diolah. Maka dimunculkanlah kasus korupsi. Kasus korupsi adalah upaya paling tepat untuk menjatuhkan popularitas seseorang. Sebab hampir seluruh pimpinan yang berkuasa di negara ini tak akan bisa lepas dari lingkar kasus tersebut.
Pertanggungjawaban Korporasi
Membaca salah satu kolom opini tempo.co edisi 30/10/2016 menyebutkan bahwa Dahlan 'tergelincir aksi korporasi'. Ya, jelaslah memang kita bisa mengatakan bahwa bukan Dahlan yang melakukan korupsi. Tapi, dalam pertanggungjawaban korporasi dalam Pasal 46 UU No. 23 Tahun 1997 yang paling bertanggungjawab dari masalah korporasi adalah pimpinan perusahaan.
Di sini, Dahlan telah bertanggungjawab dari kesalahan yang dilakukan anggotanya. Dan pada kasus PT PWU ini, ada 'anak buah', begitu Dahlan bilang, yang membuat dokumen penjualan aset dan menyuruh agar Dahlan menandatangani dokumen itu. Sehingga kemudian dokumen itu bermasalah, dan Dahlan-lah yang dipanggil sebagai penanggungjawab dari masalah perusahaan tersebut. Inilah bentuk konsekuensi memimpin.
Penulis setuju dengan pernyataan Dikdik Somantri (Mahasiswa Unpad, Bandung). Ia berbicara tentang seorang Guru Besar di kampus itu yang menulis bukunya tentang gaya pemimpin di Indonesia. Buku yang dicetak terbatas di Universitas Padjadjaran, Bandung sekitar tahun 2004 itu seketika membuat geger seisi kampus. Guru besar itu menulis, untuk menjadi penguasa di negeri ini kita harus meniru gaya berenang katak. Apa itu gaya berenang katak? Yaitu hormat pada atasan, sikut kawan kanan kiri, dan injak bawahan. Perhatikanlah gaya berenang katak.
Jadi, menjawab siapa aktor di balik penahanan Dahlan, akan lebih tepat jika kita serahkan saja pada lembaga Yudikatif yang punya wewenang menentukannya. Demikian saja.
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
![]() |
Opini Harian FAJAR, 11/11/16 |
![]() |
Source: avivsyuhada.files.wordpress.com |
#SaveDahlanIskan. Akhir-akhir ini, tagar itu buming seketika di pelataran media. Baik media online maupun media cetak. Apa gerangan yang terjadi pada Dahlan Iskan, Menteri BUMN di era SBY itu?
DAHLAN Iskan adalah sosok yang multi-leader. Mampu memimpin banyak perusahaan sekaligus. Dia menjadi komisaris utama lebih dari 50-an koran di Indonesia (Pimpinan Jawa Pos Group). Selain itu dia juga memimpin beberapa Perseroan Terbatas (PT) non media di negeri ini. Lantas dari banyaknya perusahaan yang dikendalikannya tersebut, baru kali ini ada satu Perusahaan, yakni PT Panca Wira Usaha (PWU) yang 'dipermasalahkan' yang kemudian membuat namanya diperiksa Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan pada akhirnya ia pun ditetapkan sebagai tersangka.
Dahlan ditahan oleh Kejati Jawa Timur pada Kamis malam, 27/10/2016 lalu. Alasan ia ditetapkan tersangka karena Dahlan menjual aset PT. Panca Wira Usaha (PWU) dan oleh karenanya dikatakan negara menjadi rugi puluhan miliar, meski kata “rugi” belum benar-benar diteliti hingga kini.
Prestise Dahlan Iskan
Banyak yang tak percaya mengapa Dahlan bisa ditahan. Sebab Dahlan dikenal oleh publik sebagai orang yang baik dan cerdas. Dia bukanlah seorang politisi. Karakter asli Dahlan adalah seorang wartawan yang memiliki sikap sederhana dan berjiwa tenang (lihatlah catatan hariannya di momentumdahlan.com, selama dalam penjara dia tetap menulis). Bukan hanya itu, Dahlan adalah pengusaha yang hebat yang tak ingin mengurusi hal keuangan. Sehingga menjadi wajar jika pergerakan Dahlan Iskan dapat memengaruhi hati orang banyak dan tak menutup kemungkinan banyak yang iri padanya -maklumlah ini kan Indonesia, tempat manusia yang banyak iri dan takut disaingi- termasuk dari penguasa politik di Indonesia.
Pilpres 2019
Sebentar lagi arena perpolitikan nasional akan dimulai. Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 sudah digadang gadang dari sekarang. Termasuk calon yang memiliki integritas baik di mata masyarakat. Saat ini sosok orang nomor satu di Indonesia sedang dicari. Beberapa isu disebar demi mengantar pikiran publik ke arah nama calon. Baik isu yang membawa kebaikan bagi seorang tokoh (dinaikkan citra positifnya) maupun yang membawa keburukan bagi seorang tokoh (menurunkan popularitasnya).
Di sinilah peran media banyak berperan. Yang kemudian membawa nama Dahlan mencuat ke publik. Orang orang semakin prihatin pada Dahlan, bahkan seorang tokoh yang seharusnya tak punya kepentingan bicara pun kini harus bicara. Seperti halnya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Yang saat ini harus bersuara pada kasus Dahlan.
Meski sebenarnya menurut Montesquieu (1689-1755) magnum opusnya, Spirits of the Laws yang dipublikasikan pada 1748 mengatakan bahwa negara dibagi ke dalam tiga kekuasaan: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Seperti itulah sistem yang diterapkan di Indonesia. Kalangan hukum menyebutnya trias politica. Dan pada masalah ini seharusnya Eksekutif (Wakil Presiden) tak boleh memasuki ranah Yudikatif. Ya, yang bisa memutuskan apakah Dahlan benar bersalah atau tidak adalah Yudikatif (yang mengadili bila terjadi pelanggaran atas undang-undang).
Masalah Dahlan adalah masalah Indonesia. Publik wajar bertanya. Apalagi sosok Dahlan telah dikenal luas hingga ke telinga rakyat jelata. Yang hidup di pinggiran rel kereta, atau di sekitar sungai di Jakarta. Namun di antara banyaknya orang yang menyukai Dahlan, ada juga pihak yang tak suka padanya.
Media pun dengan bebas mempublikasikan opini-opini publik tentang siapa di balik penahanan Dahlan. Bahkan media telah menjadi realitas ke dua yang memengaruhi pola pikir masyarakat. Masyarakat yang tak paham pada kasus ini, akan dibawa pada realitas palsu yang sudah sedemikian rupa diolah. Maka dimunculkanlah kasus korupsi. Kasus korupsi adalah upaya paling tepat untuk menjatuhkan popularitas seseorang. Sebab hampir seluruh pimpinan yang berkuasa di negara ini tak akan bisa lepas dari lingkar kasus tersebut.
Pertanggungjawaban Korporasi
Membaca salah satu kolom opini tempo.co edisi 30/10/2016 menyebutkan bahwa Dahlan 'tergelincir aksi korporasi'. Ya, jelaslah memang kita bisa mengatakan bahwa bukan Dahlan yang melakukan korupsi. Tapi, dalam pertanggungjawaban korporasi dalam Pasal 46 UU No. 23 Tahun 1997 yang paling bertanggungjawab dari masalah korporasi adalah pimpinan perusahaan.
Di sini, Dahlan telah bertanggungjawab dari kesalahan yang dilakukan anggotanya. Dan pada kasus PT PWU ini, ada 'anak buah', begitu Dahlan bilang, yang membuat dokumen penjualan aset dan menyuruh agar Dahlan menandatangani dokumen itu. Sehingga kemudian dokumen itu bermasalah, dan Dahlan-lah yang dipanggil sebagai penanggungjawab dari masalah perusahaan tersebut. Inilah bentuk konsekuensi memimpin.
Penulis setuju dengan pernyataan Dikdik Somantri (Mahasiswa Unpad, Bandung). Ia berbicara tentang seorang Guru Besar di kampus itu yang menulis bukunya tentang gaya pemimpin di Indonesia. Buku yang dicetak terbatas di Universitas Padjadjaran, Bandung sekitar tahun 2004 itu seketika membuat geger seisi kampus. Guru besar itu menulis, untuk menjadi penguasa di negeri ini kita harus meniru gaya berenang katak. Apa itu gaya berenang katak? Yaitu hormat pada atasan, sikut kawan kanan kiri, dan injak bawahan. Perhatikanlah gaya berenang katak.
Jadi, menjawab siapa aktor di balik penahanan Dahlan, akan lebih tepat jika kita serahkan saja pada lembaga Yudikatif yang punya wewenang menentukannya. Demikian saja.
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
![]() |
Opini Harian FAJAR, 11/11/16 |
![]() |
Source: avivsyuhada.files.wordpress.com |
#SaveDahlanIskan. Akhir-akhir ini, tagar itu buming seketika di pelataran media. Baik media online maupun media cetak. Apa gerangan yang terjadi pada Dahlan Iskan, Menteri BUMN di era SBY itu?
DAHLAN Iskan adalah sosok yang multi-leader. Mampu memimpin banyak perusahaan sekaligus. Dia menjadi komisaris utama lebih dari 50-an koran di Indonesia (Pimpinan Jawa Pos Group). Selain itu dia juga memimpin beberapa Perseroan Terbatas (PT) non media di negeri ini. Lantas dari banyaknya perusahaan yang dikendalikannya tersebut, baru kali ini ada satu Perusahaan, yakni PT Panca Wira Usaha (PWU) yang 'dipermasalahkan' yang kemudian membuat namanya diperiksa Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan pada akhirnya ia pun ditetapkan sebagai tersangka.
Dahlan ditahan oleh Kejati Jawa Timur pada Kamis malam, 27/10/2016 lalu. Alasan ia ditetapkan tersangka karena Dahlan menjual aset PT. Panca Wira Usaha (PWU) dan oleh karenanya dikatakan negara menjadi rugi puluhan miliar, meski kata “rugi” belum benar-benar diteliti hingga kini.
Prestise Dahlan Iskan
Banyak yang tak percaya mengapa Dahlan bisa ditahan. Sebab Dahlan dikenal oleh publik sebagai orang yang baik dan cerdas. Dia bukanlah seorang politisi. Karakter asli Dahlan adalah seorang wartawan yang memiliki sikap sederhana dan berjiwa tenang (lihatlah catatan hariannya di momentumdahlan.com, selama dalam penjara dia tetap menulis). Bukan hanya itu, Dahlan adalah pengusaha yang hebat yang tak ingin mengurusi hal keuangan. Sehingga menjadi wajar jika pergerakan Dahlan Iskan dapat memengaruhi hati orang banyak dan tak menutup kemungkinan banyak yang iri padanya -maklumlah ini kan Indonesia, tempat manusia yang banyak iri dan takut disaingi- termasuk dari penguasa politik di Indonesia.
Pilpres 2019
Sebentar lagi arena perpolitikan nasional akan dimulai. Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 sudah digadang gadang dari sekarang. Termasuk calon yang memiliki integritas baik di mata masyarakat. Saat ini sosok orang nomor satu di Indonesia sedang dicari. Beberapa isu disebar demi mengantar pikiran publik ke arah nama calon. Baik isu yang membawa kebaikan bagi seorang tokoh (dinaikkan citra positifnya) maupun yang membawa keburukan bagi seorang tokoh (menurunkan popularitasnya).
Di sinilah peran media banyak berperan. Yang kemudian membawa nama Dahlan mencuat ke publik. Orang orang semakin prihatin pada Dahlan, bahkan seorang tokoh yang seharusnya tak punya kepentingan bicara pun kini harus bicara. Seperti halnya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Yang saat ini harus bersuara pada kasus Dahlan.
Meski sebenarnya menurut Montesquieu (1689-1755) magnum opusnya, Spirits of the Laws yang dipublikasikan pada 1748 mengatakan bahwa negara dibagi ke dalam tiga kekuasaan: Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Seperti itulah sistem yang diterapkan di Indonesia. Kalangan hukum menyebutnya trias politica. Dan pada masalah ini seharusnya Eksekutif (Wakil Presiden) tak boleh memasuki ranah Yudikatif. Ya, yang bisa memutuskan apakah Dahlan benar bersalah atau tidak adalah Yudikatif (yang mengadili bila terjadi pelanggaran atas undang-undang).
Masalah Dahlan adalah masalah Indonesia. Publik wajar bertanya. Apalagi sosok Dahlan telah dikenal luas hingga ke telinga rakyat jelata. Yang hidup di pinggiran rel kereta, atau di sekitar sungai di Jakarta. Namun di antara banyaknya orang yang menyukai Dahlan, ada juga pihak yang tak suka padanya.
Media pun dengan bebas mempublikasikan opini-opini publik tentang siapa di balik penahanan Dahlan. Bahkan media telah menjadi realitas ke dua yang memengaruhi pola pikir masyarakat. Masyarakat yang tak paham pada kasus ini, akan dibawa pada realitas palsu yang sudah sedemikian rupa diolah. Maka dimunculkanlah kasus korupsi. Kasus korupsi adalah upaya paling tepat untuk menjatuhkan popularitas seseorang. Sebab hampir seluruh pimpinan yang berkuasa di negara ini tak akan bisa lepas dari lingkar kasus tersebut.
Pertanggungjawaban Korporasi
Membaca salah satu kolom opini tempo.co edisi 30/10/2016 menyebutkan bahwa Dahlan 'tergelincir aksi korporasi'. Ya, jelaslah memang kita bisa mengatakan bahwa bukan Dahlan yang melakukan korupsi. Tapi, dalam pertanggungjawaban korporasi dalam Pasal 46 UU No. 23 Tahun 1997 yang paling bertanggungjawab dari masalah korporasi adalah pimpinan perusahaan.
Di sini, Dahlan telah bertanggungjawab dari kesalahan yang dilakukan anggotanya. Dan pada kasus PT PWU ini, ada 'anak buah', begitu Dahlan bilang, yang membuat dokumen penjualan aset dan menyuruh agar Dahlan menandatangani dokumen itu. Sehingga kemudian dokumen itu bermasalah, dan Dahlan-lah yang dipanggil sebagai penanggungjawab dari masalah perusahaan tersebut. Inilah bentuk konsekuensi memimpin.
Penulis setuju dengan pernyataan Dikdik Somantri (Mahasiswa Unpad, Bandung). Ia berbicara tentang seorang Guru Besar di kampus itu yang menulis bukunya tentang gaya pemimpin di Indonesia. Buku yang dicetak terbatas di Universitas Padjadjaran, Bandung sekitar tahun 2004 itu seketika membuat geger seisi kampus. Guru besar itu menulis, untuk menjadi penguasa di negeri ini kita harus meniru gaya berenang katak. Apa itu gaya berenang katak? Yaitu hormat pada atasan, sikut kawan kanan kiri, dan injak bawahan. Perhatikanlah gaya berenang katak.
Jadi, menjawab siapa aktor di balik penahanan Dahlan, akan lebih tepat jika kita serahkan saja pada lembaga Yudikatif yang punya wewenang menentukannya. Demikian saja.
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
*Tulisan ini dimuat di Rubrik Opini Harian FAJAR edisi 11/11/2016 dengan judul Menjawab Siapa Aktor di Balik Kasus Dahlan
![]() |
Opini Harian FAJAR, 11/11/16 |

Lihat Detail
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen Tonasa Membangun KTI
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
LOMBA KARYA TULIS POPULER MAHASISWA
(KTM)
Semen Tonasa Selalu di Hati, Semen
Tonasa Membangun KTI
Oleh:
MUH.
GALANG PRATAMA
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
UIN Alauddin Makassar
mgalangpratama95@gmail.com
0853-4380-1995
------
KITA
bisa melihat bagaimana gedung-gedung ditinggikan. Bangunan-bangunan pencakar
langit tak henti-hentinya tumbuh dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Dan
mata kita hanya bisa menyaksikan sendiri wajah besar berubah di negara tercinta
kita, Indonesia. Akan tetapi, jika membandingkan pembangunan infrastruktur
antara barat dan timur, maka kita menemukan adanya disparitas. Adanya
ketimpangan yang kemudian menjadi penyebab ketidakmerataan pembangunan. Maka
hal ini perlu jalan keluar. Salah
satunya ialah dengan mengejar ketertinggalan itu dengan cara mempercepat
pengembangan infrastruktur di wilayah timur atau kita bisa menyebutnya sebagai
fokus pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pemerintah
saat ini menginginkan agar Indonesia punya daya saing dengan membangun
infrastruktur sebanyak-banyaknya. Sosok pemimpin bangsa, Jokowi-Jusuf Kalla adalah
representasi dari dua wilayah besar di Indonesia. Jokowi representasi dari wilayah
Barat dan wakilnya Jusuf Kalla adalah wilayah Timur. Sehingga dengan hadirnya
persamaan persepsi antara ke duanya, maka arah pembangunan ke depan diharapkan dapat
berjalan seimbang. Ketertinggalan wilayah timur akan digenjot. Jusuf Kalla
telah menjanjikan hal itu, bahwa dana Rp 300 Triliun – Rp 400 triliun akan
dipakai di bidang konstruksi.
Jika pemerintah telah menyatakan rencana demikian, maka pembangunan di kawasan timur Indonesia mesti selalu digaungkan. Kawasan Timur Indonesia, merupakan kawasan yang sangat potensial. Maka di sinilah peran perusahaan yang bergerak dalam pembangunan. Ketika proyek-proyek infrastruktur sudah tumbuh di Kawasan Timur Indonesia, maka secara otomatis permintaan semen, sebagai bahan utama dalam pembangunan, akan meningkat tajam.
Semen yang akan dipakai tentunya semen yang telah melalui uji standarisasi sehingga bisa menghasilkan produk unggul yang kemudian dapat menunjang infrastruktur yang berkualitas di kawasan ini. Tahun 1968 menjadi tahun sejarah bagi PT Semen Tonasa dalam menorehkan kiprahnya mendukung pembangunan infrastruktur setelah didirikan sesuai TAP MPRS No II/MPRS/1960 dengan kepemilikan saham 100 persen pemerintah. Fokus pada pembangunan di Indonesia bagian timur, PT Semen Tonasa (Persero) telah memperlihatkan buktinya. Sampai saat ini, PT Semen Tonasa telah ikut berkontribusi besar dalam membangun infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia dengan menghadirkan berbagai bentuk produksi yang memiliki kualitas tinggi.
Dengan hasil penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bukti bahwa semen tonasa sudah berada di hati masyarakat. Sehingga, konsumen pun sudah memercayakan, bahan baku dalam pembangunannya menggunakan semen tonasa. Selanjutnya, menjadi penting bagi penulis untuk menjelaskan kualitas yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di KTI.
Dengan lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar, PT Semen Tonasa menjadi strategis dalam memenuhi kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V.
Selain itu, perseroan ini didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton semen per tahun.
Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.
Bukan hanya itu, sistem perencanaan dan manajemen yang dibangun oleh perseroan telah melahirkan berbagai macam program yang turut membantu pemerintah dan masyarakat. Sebut saja program Go Green, yakni sebuah program yang dijalankan sejak 2013 silam, untuk menurunkan emisi gas CO2 di unit pabrik. Ini merupakan sebuah implementasi dari CDM (Clean Development Mechanism) yang berpusat pada reduksi emisi CO2 dengan pengoptimalan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi pemakaian batubara. Sehingga kita pun yakin, berkat usaha itu, perseroan meraih Certified Emission Reduction (CER). Oleh karenya, memang bukan hanya kualitas produk yang dihasilkan oleh perseroan ini, tetapi juga produksi ramah lingkungan yang sejatinya dibutuhkan oleh banyak orang karena secara langsung akan memberikan dampak pada lingkungan.
Demi mewujudkan pembangunan infrastruktur berkualitas, PT Semen Tonasa menurunkan semen unggulannya yaitu, Semen Portland Tipe I (OPC). Semen Portland Tipe I yaitu semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
Kedua, Semen Portland Komposit (PCC). Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving block) dan sebagainya.
Sedangkan yang ketiga, Semen Portland Pozzolan (PPC). Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland 15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
PT Semen Tonasa sudah banyak mengembangkan sayapnya dalam mengaplikasikan program-program dalam mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR). Baru-baru ini, Program Kemitraan CSR PT Semen Tonasa menggelontorkan dana pinjaman bagi program kemitraan UKM Tahap IV tahun 2016 berjumlah Rp 1.545.000.000 dengan rincian, Ring I sebanyak 26 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 613.000.000,- dan Ring II sebanyak 39 unit usaha dengan nilai pinjaman sebesar Rp 932.000.000,-. Masing-masing dari dana itu ditujukan kepada beberapa sektor usaha di antaranya usaha perdagangan, industri, perikanan, jasa, peternakan dan koperasi.
Total penyaluran sampai September 2016 termasuk sampai tahap IV telah disalurkan dana program kemitraan sebesar 7.429.000.000,- untuk 316 unit UKM atau 58,49% dari RKA tahun 2016. Dikarenakan dana bergulir tersebut bersifat pinjaman kredit lunak yang memudahkan masyarakat karena suku bunga hanya 6% pertahun, sehingga Direktur Keuangan PT Semen Tonasa, Subhan, SE mengharapkan kepada para mitra binaan yang mendapatkan dana pinjaman agar peruntukan dana tersebut bisa benar-benar dimanfaatkan.
Selain program bantuan UKM, ada juga program lain seperti program karyawan tonasa mengajar, program pembangunan masjid, penyerahan hewan kurban, dan lain-lain. Sehingga pantas karena berkat kepedulian PT Semen Tonasa melalui bidang Corporate Social Responsibility (CSR), baru-baru ini tanggal 25 Agustus 2016, PT Semen Tonasa meraih penghargaan sebagai Social Bussiness Innovation Company 2016 Category Cement Industry, dan Ir. Andi Unggul Attas, MBA mendapatkan penghargaan sebagai Best Green CEO 2016 Special Mention In Cement Industry yang diserahkan oleh Dr. Fadel Muhammad Founder Majalah Warta Ekonomi pada malam penganugerahan penghargaan Social Business Innovation Award dan Green CEO Award yang digelar oleh Majalah Warta Ekonomi yang merupakan salah satu perusahaan Majalah perspektif bisnis dan ekonomi terkemuka di Indonesia.
Innovation Business Award 2016 tersebut merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan, bukan hanya sebagai konsekuensi atas kegiatan operasionalnya tetapi sebagai upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang dan juga berhasil menerapkan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain karena perseroan mampu meraih penghargaan dari tahun ke tahun, konsistensi perseroan dalam menghasilkan produk unggul menjadi poin utama dalam menghadapi persaingan saat ini. Selain meraih berbagai penghargaan, perseroan juga telah mempertahankan sertifikasi yang telah dilekatkan pada PT Semen Tonasa yang berasal dari beberapa kriteria, yaitu Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Mutu - SMM (QMS ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3:1996), ISPS CODE (International Code for the Security of Ships and Port Facilities), OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series), System Manajemen Laboraturium (ISO/ IEC 17025;2005) dan Sistem Manajemen Terintegrasi (Integrated Management System-IMS).
Dengan berbagai penghargaan dan sertifikat serta upaya sosial yang dilakukan oleh perseroan, maka kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan produk dari Semen Tonasa menjadi semakin kuat. Sehingga, pembangunan infrastruktur yang berkualitas akan segera tercapai di Kawasan Timur Indonesia. Sehingga ironi bahwa Kawasan Timur Indonesia masih ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur akan terbantahkan.
Kita pun mengharapkan dengan kerjasama yang terus dibangun antara produsen dan konsumen, dalam arti ikatan PT Semen Tonasa dengan masyarakat mampu menghadirkan proyek -bangunan yang bukan hanya besar tetapi juga kokoh, sekokoh tagline dari perseroan: Kokoh, Kuat dan Terpercaya. Semoga target pertumbuhan mulai dari penjualan sampai laba bersih sekitar 5 - 5,5 % untuk tahun ini bisa tercapai, sehingga jika itu tercapai maka perseroan berpotensi mencatatkan penjualan senilai Rp5,8 triliun pada tahun ini. Dan pos laba bersih, Semen Tonasa berpotensi meraih Rp586 Miliar di tahun ini, yang artinya meningkat dari capaian tahun lalu Rp556 Miliar. Sukses selalu PT Semen Tonasa. Semoga Tonasa Selalu di Hati, Karena Tonasa Membangun KTI. Selamat Ulang Tahun ke-48. Semoga! (*)
---
Sumber Bacaan
http://www.antarasulsel.com
http://www.cnnindonesia.com
http://industri.bisnis.com
http://www.sementonasa.co.id
_
Muh. Galang Pratama, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Semester VII. Tinggal di Jl. Dahlia No 17 Batangkaluku-Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulsel (Kode Pos 92111).
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995
E-mail : mgalangpratama95@gmail.com, No HP 0853-4380-1995

Lihat Detail
GIMM, Rahim Generasi Literasi
![]() |
Harian Fajar, 13 Oktober 2016 |
Jika Anda tidak dapat terbang, maka larilah. Jika Anda tidak dapat berlari, maka berjalanlah. Jika Anda tidak dapat berjalan, maka merangkaklah. Tetapi apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap bergerak ke depan.
(Martin Luther King Jr.)
GERAKAN Indonesia Membaca-Menulis atau yang disingkat GIMM telah mengaplikasikan kalimat di atas. Walaupun banyak kendala menghadang, namun gerakan ini tak pernah mati suri. Gerakan yang dipelopori pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengingatkan kepada kita akan pentingnya perubahan yang diawali dari sebuah gerakan. Gerakan yang selalu membawa perubahan untuk tetap bergerak ke depan.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat ‘Nol Buku’
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
GIMM
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
![]() |
Harian Fajar, 13 Oktober 2016 |
Jika Anda tidak dapat terbang, maka larilah. Jika Anda tidak dapat berlari, maka berjalanlah. Jika Anda tidak dapat berjalan, maka merangkaklah. Tetapi apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap bergerak ke depan.
(Martin Luther King Jr.)
GERAKAN Indonesia Membaca-Menulis atau yang disingkat GIMM telah mengaplikasikan kalimat di atas. Walaupun banyak kendala menghadang, namun gerakan ini tak pernah mati suri. Gerakan yang dipelopori pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengingatkan kepada kita akan pentingnya perubahan yang diawali dari sebuah gerakan. Gerakan yang selalu membawa perubahan untuk tetap bergerak ke depan.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat ‘Nol Buku’
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
GIMM
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
![]() |
Harian Fajar, 13 Oktober 2016 |
Jika Anda tidak dapat terbang, maka larilah. Jika Anda tidak dapat berlari, maka berjalanlah. Jika Anda tidak dapat berjalan, maka merangkaklah. Tetapi apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap bergerak ke depan.
(Martin Luther King Jr.)
GERAKAN Indonesia Membaca-Menulis atau yang disingkat GIMM telah mengaplikasikan kalimat di atas. Walaupun banyak kendala menghadang, namun gerakan ini tak pernah mati suri. Gerakan yang dipelopori pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengingatkan kepada kita akan pentingnya perubahan yang diawali dari sebuah gerakan. Gerakan yang selalu membawa perubahan untuk tetap bergerak ke depan.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat ‘Nol Buku’
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
GIMM
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
![]() |
Harian Fajar, 13 Oktober 2016 |
Jika Anda tidak dapat terbang, maka larilah. Jika Anda tidak dapat berlari, maka berjalanlah. Jika Anda tidak dapat berjalan, maka merangkaklah. Tetapi apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap bergerak ke depan.
(Martin Luther King Jr.)
GERAKAN Indonesia Membaca-Menulis atau yang disingkat GIMM telah mengaplikasikan kalimat di atas. Walaupun banyak kendala menghadang, namun gerakan ini tak pernah mati suri. Gerakan yang dipelopori pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengingatkan kepada kita akan pentingnya perubahan yang diawali dari sebuah gerakan. Gerakan yang selalu membawa perubahan untuk tetap bergerak ke depan.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat ‘Nol Buku’
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
GIMM
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
![]() |
Harian Fajar, 13 Oktober 2016 |
Jika Anda tidak dapat terbang, maka larilah. Jika Anda tidak dapat berlari, maka berjalanlah. Jika Anda tidak dapat berjalan, maka merangkaklah. Tetapi apapun yang Anda lakukan, Anda harus tetap bergerak ke depan.
(Martin Luther King Jr.)
GERAKAN Indonesia Membaca-Menulis atau yang disingkat GIMM telah mengaplikasikan kalimat di atas. Walaupun banyak kendala menghadang, namun gerakan ini tak pernah mati suri. Gerakan yang dipelopori pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengingatkan kepada kita akan pentingnya perubahan yang diawali dari sebuah gerakan. Gerakan yang selalu membawa perubahan untuk tetap bergerak ke depan.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.
Badan Balai Bahasa Provinsi di seluruh Indonesia, rupaya sudah melancarkan aksinya dalam rangka memahamkan kepada masyarakat akan pentingnya budaya literasi. Budaya literasi atau budaya tulis-menulis, sejatinya memang harus selalu disebarkan ke masyarakat. Mengingat dasar utama ilmu pengetahuan adalah membaca.
Selain itu, Balai Bahasa sudah tentu mengaplikasikan beberapa tuntutan aturan di antaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra serta peningkatan fungsi bahasa Indonesia.
Predikat ‘Nol Buku’
Predikat sebagai Negara buta aksara terbesar memang masih tersemat oleh negara ini. Bayangkan saja, data statistik UNESCO yang dilansir tahun 2012 menyebutkan, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 persen. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan bagi semua kalangan.
Jika kita ingin menarik simpulan dari kegiatan membaca dan menulis, maka kegiatan yang lebih dulu harus dilakukan adalah membaca. Membaca adalah asal dari pengetahuan itu bermula. Namun, jangan lupa di sela-sela membaca, kita seharusnya menuntut diri dengan tekad kuat untuk menuliskan apa yang telah dibaca. Itulah asal mula dari menulis, menuliskan apa yang sudah dibaca. Menurut Stephen King, membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh penulis.
Anda pasti mengenal Taufik Ismail. Beliau seorang dokter hewan, namun kepiawaiannya dalam menulis tak bisa dipandang sebelah mata. Di angkatan kepenyairannya di negeri ini, melalui karya karyanya terutama puisi, telah membawa namanya sekaligus mengharumkan bangsa ini hingga ke mancanegara.
Ia pernah bilang begini. Semestinya hanya ada dua yang mesti diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di sekolah. Yakni menulis, menulis menulis, dan membaca, membaca, membaca.
Dialah yang melalui penanya menciptakan ungkapan “tragedi nol buku” yang disematkan untuk bangsa ini. Ia membandingkan persoalan membaca buku di negara-negara lain. Hasilnya ia mendapatkan rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia nol buku.
Kata ‘nol buku’ rasa rasanya sangat memukul generasi muda bangsa ini. Begitu rendahnyakah kualitas baca di negeri ini? Kualitas menulis apalagi? Membaca dan menulis tentu dua hal yang saling berhubungan. Tak bisa dipisahkan begitu saja. Setiap penulis senantiasa haus akan bacaan. Tulisan yang baik akan didahului dengan bacaan yang baik pula.
Kita pasti sudah tahu apa maksud dari pernyataan tersebut. Sebab boleh dibilang, guru Bahasa Indonesia kita sejak SD, SMP, SMA dan mungkin hingga di Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan semata. Padahal yang utama dari itu semua adalah pengaplikasiannya.
Telah lama kita mengenal dan mempelajari teori menulis, namun apa hasilnya? Anak didik tak diajar menulis sebebas bebasnya. Pelajar hanya dibatasi dengan teori. Padahal, dalam menulis penting adanya imajinasi. Bukankah imajinasi seseorang itu berbeda-beda dan tak bisa dibatasi?
GIMM
Perhatian pemerintah melalui Badan Balai Bahasa sepertinya patut diapresiasi. Untuk Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Gerakan Indonesia Membaca-Menulis (GIMM) se-Kota Makassar ini dilaksanakan pada hari Senin-Rabu (10-12 Oktober 2016) di Hotel Aerotel Smile Makassar.
Diikuti sebanyak 250 peserta yang berbagai kalangan mulai dari siswa, mahasiswa hingga guru. Dalam kegiatan ini, terselip juga berbagai kegiatan lomba untuk memacu semangat menulis para peserta. Di antaranya lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) di tingkat Guru, lomba menulis Esai tingkat Mahasiswa dan lomba Penulisan Cerita Rakyat di tingkat siswa.
Di hari terakhir, akan dipilih 10 peserta terbaik dari masing-masing bidang untuk mempresentasikan hasil karya tulisnya. Setelah itu akan ditentukan enam peserta untuk mendapat juara I sampai juara III dan harapan I sampai harapan III, masing-masing dari bidang akan diambil dua orang untuk mewakili ke tingkat nasional.
Semoga GIMM benar-benar bisa menjadi rahim bagi generasi literasi di Indonesia. Sehingga output dari kegiatan ini minimal mampu melahirkan penulis-penulis berbakat dan juga pembaca-pembaca yang dapat menularkan virus membacanya kepada masyarakat di sekitarnya. Bukankah pepatah Cina mengatakan, “perjalanan seribu mil dimulai dari langkah pertama?” Terima kasih telah mengundang penulis menjadi satu bagian dari proses literasi ini. Semoga!
*Tulisan ini diterbitkan pertama kali di Rubrik Opini Harian Fajar Makassar, 13 Oktober 2016
Via Fajar online sila klik ini.

Lihat Detail
Opini Muh. Galang Pratama Menjadikan Membaca Serupa Melahap Makanan Saat Lapar
PADA dasarnya banyak hal yang mesti kita perbaiki. Sutarto (2015) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam data negara yang menempati posisi paling bawah dalam hal minat baca di Asia. Ini baru di Asia, apalagi di dunia? Tahukah kawan-kawan mengapa itu bisa terjadi? Sebab salah satu budaya yang terus mengakar pada diri generasi muda bangsa ini adalah malas membaca.
Sulit sekali membiasakan sikap gemar membaca. Padahal sebenarnya teman-teman sudah tahu apa pentingnya membaca. Iya kan? Membaca hanya perlu dibiasakan, seperti kata para motivator. Bahkan menurut penulis, membaca kalau perlu dipaksakan datang dari dalam diri sendiri (bagi pemula). Jika teman-teman sudah merasakan nikmatnya membaca, maka budaya membaca tak akan lepas pada diri teman-teman. Membaca seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepas seperti halnya makan. Tentu teman-teman akan selalu mencari makan ketika sedang lapar, bukan begitu?
2 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahukah teman-teman pelajaran apa yang kita bisa petik dari peringatan hardiknas kali ini? Bukan hanya mengadakan seremonial semata. Kita mestinya merenung. Sudah sampai di mana sumbangsih kita pada negara dalam hal pendidikan. Apakah kita sudah memenuhi pesan-pesan dari para pejuang kita yang rela mati demi membela keutuhan bangsa? Apa yang mereka inginkan dari kita? Mereka tidak lagi menginginkan agar kita mengangkat senjata dan meneriakkan kalimat tauhid atau kalimat “Merdeka atau mati!” lalu pergi berperang. Bukan itu kawan! Yang mereka inginkan hanyalah bagaimana agar kita memiliki ambisi untuk belajar dan ambisi dalam mewujudkan impian.
Ambisi dalam arti motivasi yang tinggi untuk mencapai kemajuan pribadi (Sarwono, 2007: 14). Kita mestinya melawan pembodohan. Pembodohan yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti banyak tidur, nonton di depan laptop berlama-lama, tak bisa menggunakan gadget/handphone dengan bijak dan tentunya masalah yang lebih krusial, malas membaca. Kendalikanlah waktu, serupa mengendalikan nafsu saat berpuasa. Sebab teman tahu, apa yang membuat kita berbeda dari Rio Haryanto anak Indonesia pertama yang sukses dengan bakatnya mengemudikan Formula 1 dan membawa bendera merah putih ke seluruh dunia? Di samping itu, ternyata
PADA dasarnya banyak hal yang mesti kita perbaiki. Sutarto (2015) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam data negara yang menempati posisi paling bawah dalam hal minat baca di Asia. Ini baru di Asia, apalagi di dunia? Tahukah kawan-kawan mengapa itu bisa terjadi? Sebab salah satu budaya yang terus mengakar pada diri generasi muda bangsa ini adalah malas membaca.
Sulit sekali membiasakan sikap gemar membaca. Padahal sebenarnya teman-teman sudah tahu apa pentingnya membaca. Iya kan? Membaca hanya perlu dibiasakan, seperti kata para motivator. Bahkan menurut penulis, membaca kalau perlu dipaksakan datang dari dalam diri sendiri (bagi pemula). Jika teman-teman sudah merasakan nikmatnya membaca, maka budaya membaca tak akan lepas pada diri teman-teman. Membaca seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepas seperti halnya makan. Tentu teman-teman akan selalu mencari makan ketika sedang lapar, bukan begitu?
2 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahukah teman-teman pelajaran apa yang kita bisa petik dari peringatan hardiknas kali ini? Bukan hanya mengadakan seremonial semata. Kita mestinya merenung. Sudah sampai di mana sumbangsih kita pada negara dalam hal pendidikan. Apakah kita sudah memenuhi pesan-pesan dari para pejuang kita yang rela mati demi membela keutuhan bangsa? Apa yang mereka inginkan dari kita? Mereka tidak lagi menginginkan agar kita mengangkat senjata dan meneriakkan kalimat tauhid atau kalimat “Merdeka atau mati!” lalu pergi berperang. Bukan itu kawan! Yang mereka inginkan hanyalah bagaimana agar kita memiliki ambisi untuk belajar dan ambisi dalam mewujudkan impian.
Ambisi dalam arti motivasi yang tinggi untuk mencapai kemajuan pribadi (Sarwono, 2007: 14). Kita mestinya melawan pembodohan. Pembodohan yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti banyak tidur, nonton di depan laptop berlama-lama, tak bisa menggunakan gadget/handphone dengan bijak dan tentunya masalah yang lebih krusial, malas membaca. Kendalikanlah waktu, serupa mengendalikan nafsu saat berpuasa. Sebab teman tahu, apa yang membuat kita berbeda dari Rio Haryanto anak Indonesia pertama yang sukses dengan bakatnya mengemudikan Formula 1 dan membawa bendera merah putih ke seluruh dunia? Di samping itu, ternyata
PADA dasarnya banyak hal yang mesti kita perbaiki. Sutarto (2015) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam data negara yang menempati posisi paling bawah dalam hal minat baca di Asia. Ini baru di Asia, apalagi di dunia? Tahukah kawan-kawan mengapa itu bisa terjadi? Sebab salah satu budaya yang terus mengakar pada diri generasi muda bangsa ini adalah malas membaca.
Sulit sekali membiasakan sikap gemar membaca. Padahal sebenarnya teman-teman sudah tahu apa pentingnya membaca. Iya kan? Membaca hanya perlu dibiasakan, seperti kata para motivator. Bahkan menurut penulis, membaca kalau perlu dipaksakan datang dari dalam diri sendiri (bagi pemula). Jika teman-teman sudah merasakan nikmatnya membaca, maka budaya membaca tak akan lepas pada diri teman-teman. Membaca seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepas seperti halnya makan. Tentu teman-teman akan selalu mencari makan ketika sedang lapar, bukan begitu?
2 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahukah teman-teman pelajaran apa yang kita bisa petik dari peringatan hardiknas kali ini? Bukan hanya mengadakan seremonial semata. Kita mestinya merenung. Sudah sampai di mana sumbangsih kita pada negara dalam hal pendidikan. Apakah kita sudah memenuhi pesan-pesan dari para pejuang kita yang rela mati demi membela keutuhan bangsa? Apa yang mereka inginkan dari kita? Mereka tidak lagi menginginkan agar kita mengangkat senjata dan meneriakkan kalimat tauhid atau kalimat “Merdeka atau mati!” lalu pergi berperang. Bukan itu kawan! Yang mereka inginkan hanyalah bagaimana agar kita memiliki ambisi untuk belajar dan ambisi dalam mewujudkan impian.
Ambisi dalam arti motivasi yang tinggi untuk mencapai kemajuan pribadi (Sarwono, 2007: 14). Kita mestinya melawan pembodohan. Pembodohan yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti banyak tidur, nonton di depan laptop berlama-lama, tak bisa menggunakan gadget/handphone dengan bijak dan tentunya masalah yang lebih krusial, malas membaca. Kendalikanlah waktu, serupa mengendalikan nafsu saat berpuasa. Sebab teman tahu, apa yang membuat kita berbeda dari Rio Haryanto anak Indonesia pertama yang sukses dengan bakatnya mengemudikan Formula 1 dan membawa bendera merah putih ke seluruh dunia? Di samping itu, ternyata
PADA dasarnya banyak hal yang mesti kita perbaiki. Sutarto (2015) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam data negara yang menempati posisi paling bawah dalam hal minat baca di Asia. Ini baru di Asia, apalagi di dunia? Tahukah kawan-kawan mengapa itu bisa terjadi? Sebab salah satu budaya yang terus mengakar pada diri generasi muda bangsa ini adalah malas membaca.
Sulit sekali membiasakan sikap gemar membaca. Padahal sebenarnya teman-teman sudah tahu apa pentingnya membaca. Iya kan? Membaca hanya perlu dibiasakan, seperti kata para motivator. Bahkan menurut penulis, membaca kalau perlu dipaksakan datang dari dalam diri sendiri (bagi pemula). Jika teman-teman sudah merasakan nikmatnya membaca, maka budaya membaca tak akan lepas pada diri teman-teman. Membaca seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepas seperti halnya makan. Tentu teman-teman akan selalu mencari makan ketika sedang lapar, bukan begitu?
2 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahukah teman-teman pelajaran apa yang kita bisa petik dari peringatan hardiknas kali ini? Bukan hanya mengadakan seremonial semata. Kita mestinya merenung. Sudah sampai di mana sumbangsih kita pada negara dalam hal pendidikan. Apakah kita sudah memenuhi pesan-pesan dari para pejuang kita yang rela mati demi membela keutuhan bangsa? Apa yang mereka inginkan dari kita? Mereka tidak lagi menginginkan agar kita mengangkat senjata dan meneriakkan kalimat tauhid atau kalimat “Merdeka atau mati!” lalu pergi berperang. Bukan itu kawan! Yang mereka inginkan hanyalah bagaimana agar kita memiliki ambisi untuk belajar dan ambisi dalam mewujudkan impian.
Ambisi dalam arti motivasi yang tinggi untuk mencapai kemajuan pribadi (Sarwono, 2007: 14). Kita mestinya melawan pembodohan. Pembodohan yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti banyak tidur, nonton di depan laptop berlama-lama, tak bisa menggunakan gadget/handphone dengan bijak dan tentunya masalah yang lebih krusial, malas membaca. Kendalikanlah waktu, serupa mengendalikan nafsu saat berpuasa. Sebab teman tahu, apa yang membuat kita berbeda dari Rio Haryanto anak Indonesia pertama yang sukses dengan bakatnya mengemudikan Formula 1 dan membawa bendera merah putih ke seluruh dunia? Di samping itu, ternyata
PADA dasarnya banyak hal yang mesti kita perbaiki. Sutarto (2015) menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam data negara yang menempati posisi paling bawah dalam hal minat baca di Asia. Ini baru di Asia, apalagi di dunia? Tahukah kawan-kawan mengapa itu bisa terjadi? Sebab salah satu budaya yang terus mengakar pada diri generasi muda bangsa ini adalah malas membaca.
Sulit sekali membiasakan sikap gemar membaca. Padahal sebenarnya teman-teman sudah tahu apa pentingnya membaca. Iya kan? Membaca hanya perlu dibiasakan, seperti kata para motivator. Bahkan menurut penulis, membaca kalau perlu dipaksakan datang dari dalam diri sendiri (bagi pemula). Jika teman-teman sudah merasakan nikmatnya membaca, maka budaya membaca tak akan lepas pada diri teman-teman. Membaca seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa dilepas seperti halnya makan. Tentu teman-teman akan selalu mencari makan ketika sedang lapar, bukan begitu?
2 Mei 2016 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tahukah teman-teman pelajaran apa yang kita bisa petik dari peringatan hardiknas kali ini? Bukan hanya mengadakan seremonial semata. Kita mestinya merenung. Sudah sampai di mana sumbangsih kita pada negara dalam hal pendidikan. Apakah kita sudah memenuhi pesan-pesan dari para pejuang kita yang rela mati demi membela keutuhan bangsa? Apa yang mereka inginkan dari kita? Mereka tidak lagi menginginkan agar kita mengangkat senjata dan meneriakkan kalimat tauhid atau kalimat “Merdeka atau mati!” lalu pergi berperang. Bukan itu kawan! Yang mereka inginkan hanyalah bagaimana agar kita memiliki ambisi untuk belajar dan ambisi dalam mewujudkan impian.
Ambisi dalam arti motivasi yang tinggi untuk mencapai kemajuan pribadi (Sarwono, 2007: 14). Kita mestinya melawan pembodohan. Pembodohan yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti banyak tidur, nonton di depan laptop berlama-lama, tak bisa menggunakan gadget/handphone dengan bijak dan tentunya masalah yang lebih krusial, malas membaca. Kendalikanlah waktu, serupa mengendalikan nafsu saat berpuasa. Sebab teman tahu, apa yang membuat kita berbeda dari Rio Haryanto anak Indonesia pertama yang sukses dengan bakatnya mengemudikan Formula 1 dan membawa bendera merah putih ke seluruh dunia? Di samping itu, ternyata

Lihat Detail
Opini : Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
(Dalam Rangka Menyambut ASEAN Economic Community 2015)
Oleh : Muh. Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Prodi Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Semester III)
Mahasiswa, sebagai kata yang mendeskripsikan sebuah pola perilaku yang anarkis bagi sebagian orang dan sebagian yang lainnya menggambarkan akan sebuah puncak dari pemuda yang bermakna “maha” artinya tinggi, mampu, kritis, berjiwa pemberani, cerdas dan berprestasi.
Wirausaha MudaDalam pandangan penulis, pemuda yakni mahasiswa yang cerdas ialah mereka (baca: mahasiswa-mahasiswi) yang berkuliah dibarengi dengan menjadi seorang wirausaha muda. Mengapa ? karena mahasiswa yang berwirausaha dapat belajar mandiri untuk mencari penghasilan sendiri dan dengannya ekonomi keluarga di kampung juga turut dihadiri oleh uang hasil keringat anak sendiri.
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentuk wirausaha yang dapat dikerjakan oleh pemuda (mahasiswa). Seperti, membuka usaha laundry, usaha menjual grosir pakaian, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue, catering, prasmanan, hingga pada bisnis besar seperti tempat percetakan dan home production.
Dan yang perlu diingat ialah, dalam berwirausaha selain mendapatkan keuntungan materil, kita juga bisa mendapatkan keuntungan lain yakni sebuah bentuk pelatihan mental pada diri.
Karakter Ekonomi Bangsa
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2 persen dari persentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, hingga saat ini jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menyebutkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia baru 0,18 persen atau 400.000 orang, padahal jumlah idealnya mesti di atas 4,4 juta orang.
Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
(Dalam Rangka Menyambut ASEAN Economic Community 2015)
Oleh : Muh. Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Prodi Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Semester III)
Mahasiswa, sebagai kata yang mendeskripsikan sebuah pola perilaku yang anarkis bagi sebagian orang dan sebagian yang lainnya menggambarkan akan sebuah puncak dari pemuda yang bermakna “maha” artinya tinggi, mampu, kritis, berjiwa pemberani, cerdas dan berprestasi.
Wirausaha MudaDalam pandangan penulis, pemuda yakni mahasiswa yang cerdas ialah mereka (baca: mahasiswa-mahasiswi) yang berkuliah dibarengi dengan menjadi seorang wirausaha muda. Mengapa ? karena mahasiswa yang berwirausaha dapat belajar mandiri untuk mencari penghasilan sendiri dan dengannya ekonomi keluarga di kampung juga turut dihadiri oleh uang hasil keringat anak sendiri.
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentuk wirausaha yang dapat dikerjakan oleh pemuda (mahasiswa). Seperti, membuka usaha laundry, usaha menjual grosir pakaian, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue, catering, prasmanan, hingga pada bisnis besar seperti tempat percetakan dan home production.
Dan yang perlu diingat ialah, dalam berwirausaha selain mendapatkan keuntungan materil, kita juga bisa mendapatkan keuntungan lain yakni sebuah bentuk pelatihan mental pada diri.
Karakter Ekonomi Bangsa
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2 persen dari persentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, hingga saat ini jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menyebutkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia baru 0,18 persen atau 400.000 orang, padahal jumlah idealnya mesti di atas 4,4 juta orang.
Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
(Dalam Rangka Menyambut ASEAN Economic Community 2015)
Oleh : Muh. Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Prodi Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Semester III)
Mahasiswa, sebagai kata yang mendeskripsikan sebuah pola perilaku yang anarkis bagi sebagian orang dan sebagian yang lainnya menggambarkan akan sebuah puncak dari pemuda yang bermakna “maha” artinya tinggi, mampu, kritis, berjiwa pemberani, cerdas dan berprestasi.
Wirausaha MudaDalam pandangan penulis, pemuda yakni mahasiswa yang cerdas ialah mereka (baca: mahasiswa-mahasiswi) yang berkuliah dibarengi dengan menjadi seorang wirausaha muda. Mengapa ? karena mahasiswa yang berwirausaha dapat belajar mandiri untuk mencari penghasilan sendiri dan dengannya ekonomi keluarga di kampung juga turut dihadiri oleh uang hasil keringat anak sendiri.
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentuk wirausaha yang dapat dikerjakan oleh pemuda (mahasiswa). Seperti, membuka usaha laundry, usaha menjual grosir pakaian, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue, catering, prasmanan, hingga pada bisnis besar seperti tempat percetakan dan home production.
Dan yang perlu diingat ialah, dalam berwirausaha selain mendapatkan keuntungan materil, kita juga bisa mendapatkan keuntungan lain yakni sebuah bentuk pelatihan mental pada diri.
Karakter Ekonomi Bangsa
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2 persen dari persentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, hingga saat ini jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menyebutkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia baru 0,18 persen atau 400.000 orang, padahal jumlah idealnya mesti di atas 4,4 juta orang.
Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
(Dalam Rangka Menyambut ASEAN Economic Community 2015)
Oleh : Muh. Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Prodi Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Semester III)
Mahasiswa, sebagai kata yang mendeskripsikan sebuah pola perilaku yang anarkis bagi sebagian orang dan sebagian yang lainnya menggambarkan akan sebuah puncak dari pemuda yang bermakna “maha” artinya tinggi, mampu, kritis, berjiwa pemberani, cerdas dan berprestasi.
Wirausaha MudaDalam pandangan penulis, pemuda yakni mahasiswa yang cerdas ialah mereka (baca: mahasiswa-mahasiswi) yang berkuliah dibarengi dengan menjadi seorang wirausaha muda. Mengapa ? karena mahasiswa yang berwirausaha dapat belajar mandiri untuk mencari penghasilan sendiri dan dengannya ekonomi keluarga di kampung juga turut dihadiri oleh uang hasil keringat anak sendiri.
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentuk wirausaha yang dapat dikerjakan oleh pemuda (mahasiswa). Seperti, membuka usaha laundry, usaha menjual grosir pakaian, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue, catering, prasmanan, hingga pada bisnis besar seperti tempat percetakan dan home production.
Dan yang perlu diingat ialah, dalam berwirausaha selain mendapatkan keuntungan materil, kita juga bisa mendapatkan keuntungan lain yakni sebuah bentuk pelatihan mental pada diri.
Karakter Ekonomi Bangsa
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2 persen dari persentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, hingga saat ini jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menyebutkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia baru 0,18 persen atau 400.000 orang, padahal jumlah idealnya mesti di atas 4,4 juta orang.
Mahasiswa, Wirausaha Muda dan Karakter Ekonomi Bangsa
(Dalam Rangka Menyambut ASEAN Economic Community 2015)
Oleh : Muh. Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Prodi Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Semester III)
Mahasiswa, sebagai kata yang mendeskripsikan sebuah pola perilaku yang anarkis bagi sebagian orang dan sebagian yang lainnya menggambarkan akan sebuah puncak dari pemuda yang bermakna “maha” artinya tinggi, mampu, kritis, berjiwa pemberani, cerdas dan berprestasi.
Wirausaha MudaDalam pandangan penulis, pemuda yakni mahasiswa yang cerdas ialah mereka (baca: mahasiswa-mahasiswi) yang berkuliah dibarengi dengan menjadi seorang wirausaha muda. Mengapa ? karena mahasiswa yang berwirausaha dapat belajar mandiri untuk mencari penghasilan sendiri dan dengannya ekonomi keluarga di kampung juga turut dihadiri oleh uang hasil keringat anak sendiri.
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentuk wirausaha yang dapat dikerjakan oleh pemuda (mahasiswa). Seperti, membuka usaha laundry, usaha menjual grosir pakaian, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue, catering, prasmanan, hingga pada bisnis besar seperti tempat percetakan dan home production.
Dan yang perlu diingat ialah, dalam berwirausaha selain mendapatkan keuntungan materil, kita juga bisa mendapatkan keuntungan lain yakni sebuah bentuk pelatihan mental pada diri.
Karakter Ekonomi Bangsa
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2 persen dari persentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2013, hingga saat ini jumlah wirausaha di Indonesia telah mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) menyebutkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia baru 0,18 persen atau 400.000 orang, padahal jumlah idealnya mesti di atas 4,4 juta orang.

Lihat Detail
Writing Workshop oleh HMJ KPI UIN Alauddin Makassar
![]() |
Foto: Dokumentasi Pribadi |
Narasumber dari writing workshop itu yakni bapak Drs. Moh. Yahya Mustafa, M.Si. Beliau memaparkan materinya terkait dengan pembuatan buletin, penulisan berita serta pentingnya rumus 5W + 1H dalam penulisan berita.
Kegiatan writing workshop ini dihadiri oleh sekira 44 peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai jurusan di FDK seperti jurusan jurnalistik, manajemen dakwah dan salah seorang mahasiswa dari lintas fakultas, serta mayoritas pesertanya dari jurusan KPI itu sendiri sebagai penyelenggara dari kegiatan tersebut.
Wirda, selaku koordinator dari bidang writing HMJ KPI itu yang bertugas sebagai panitia pelaksana mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program dari Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI. Serta kegiatan ini merupakan bekal awal buat mahasiswa-mahasiswi jurusan KPI untuk pelaksanaan program selanjutnya yang disebutnya, #GerakanKPImenulis.
Narasumber juga tak lupa membagikan pengalamannya dibidang kepenulisan serta pengalaman beliau saat 10 tahun menjadi wartawan bidang politik dan pemerintahan Harian Pedoman Rakyat Makassar.
Alumni Ilmu Politik FISIP UNHAS 1989 itu, juga memperlihatkan beberapa buku diantaranya buku dari Ahmad Tohari, "Ronggeng Dukuh Paruk", serta satu buku lain yang ditulis oleh Sastrawan Indonesia masa orde baru, Pramodya Ananta Toer.
Dalam kepenulisan, juga dibutuhkan intuisi (semacam indra ke-enam), pemahaman pengetahuan dan yang terpenting ialah banyak-banyak membaca. "Membaca dan menulis itu adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan", ungkap Pak Yahya Mustafa yang juga sebagai salah satu dosen Luar Biasa di UIN Alauddin Makassar itu.
Kegiatan yang berlangsung sekitar tiga jam yang dilaksanakan di LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi tersebut sangat meriah, karena di penghujung workshop disediakan sesi tanya-jawab oleh peserta workshop kepada narasumber.
![]() |
Koran Tribun Timur edisi Selasa (18/11) |
(Muh. Galang Pratama melaporkan dari Samata, Kampus 2 UIN Alauddin Makassar).
Lihat juga di : http://rakyatbersatu.com/gerakan-menulis-kpi-fdk-uin-alauddin-makassar/
![]() |
Foto: Dokumentasi Pribadi |
Narasumber dari writing workshop itu yakni bapak Drs. Moh. Yahya Mustafa, M.Si. Beliau memaparkan materinya terkait dengan pembuatan buletin, penulisan berita serta pentingnya rumus 5W + 1H dalam penulisan berita.
Kegiatan writing workshop ini dihadiri oleh sekira 44 peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai jurusan di FDK seperti jurusan jurnalistik, manajemen dakwah dan salah seorang mahasiswa dari lintas fakultas, serta mayoritas pesertanya dari jurusan KPI itu sendiri sebagai penyelenggara dari kegiatan tersebut.
Wirda, selaku koordinator dari bidang writing HMJ KPI itu yang bertugas sebagai panitia pelaksana mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program dari Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI. Serta kegiatan ini merupakan bekal awal buat mahasiswa-mahasiswi jurusan KPI untuk pelaksanaan program selanjutnya yang disebutnya, #GerakanKPImenulis.
Narasumber juga tak lupa membagikan pengalamannya dibidang kepenulisan serta pengalaman beliau saat 10 tahun menjadi wartawan bidang politik dan pemerintahan Harian Pedoman Rakyat Makassar.
Alumni Ilmu Politik FISIP UNHAS 1989 itu, juga memperlihatkan beberapa buku diantaranya buku dari Ahmad Tohari, "Ronggeng Dukuh Paruk", serta satu buku lain yang ditulis oleh Sastrawan Indonesia masa orde baru, Pramodya Ananta Toer.
Dalam kepenulisan, juga dibutuhkan intuisi (semacam indra ke-enam), pemahaman pengetahuan dan yang terpenting ialah banyak-banyak membaca. "Membaca dan menulis itu adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan", ungkap Pak Yahya Mustafa yang juga sebagai salah satu dosen Luar Biasa di UIN Alauddin Makassar itu.
Kegiatan yang berlangsung sekitar tiga jam yang dilaksanakan di LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi tersebut sangat meriah, karena di penghujung workshop disediakan sesi tanya-jawab oleh peserta workshop kepada narasumber.
![]() |
Koran Tribun Timur edisi Selasa (18/11) |
(Muh. Galang Pratama melaporkan dari Samata, Kampus 2 UIN Alauddin Makassar).
Lihat juga di : http://rakyatbersatu.com/gerakan-menulis-kpi-fdk-uin-alauddin-makassar/
![]() |
Foto: Dokumentasi Pribadi |
Narasumber dari writing workshop itu yakni bapak Drs. Moh. Yahya Mustafa, M.Si. Beliau memaparkan materinya terkait dengan pembuatan buletin, penulisan berita serta pentingnya rumus 5W + 1H dalam penulisan berita.
Kegiatan writing workshop ini dihadiri oleh sekira 44 peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai jurusan di FDK seperti jurusan jurnalistik, manajemen dakwah dan salah seorang mahasiswa dari lintas fakultas, serta mayoritas pesertanya dari jurusan KPI itu sendiri sebagai penyelenggara dari kegiatan tersebut.
Wirda, selaku koordinator dari bidang writing HMJ KPI itu yang bertugas sebagai panitia pelaksana mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu program dari Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI. Serta kegiatan ini merupakan bekal awal buat mahasiswa-mahasiswi jurusan KPI untuk pelaksanaan program selanjutnya yang disebutnya, #GerakanKPImenulis.
Narasumber juga tak lupa membagikan pengalamannya dibidang kepenulisan serta pengalaman beliau saat 10 tahun menjadi wartawan bidang politik dan pemerintahan Harian Pedoman Rakyat Makassar.
Alumni Ilmu Politik FISIP UNHAS 1989 itu, juga memperlihatkan beberapa buku diantaranya buku dari Ahmad Tohari, "Ronggeng Dukuh Paruk", serta satu buku lain yang ditulis oleh Sastrawan Indonesia masa orde baru, Pramodya Ananta Toer.
Dalam kepenulisan, juga dibutuhkan intuisi (semacam indra ke-enam), pemahaman pengetahuan dan yang terpenting ialah banyak-banyak membaca. "Membaca dan menulis itu adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan", ungkap Pak Yahya Mustafa yang juga sebagai salah satu dosen Luar Biasa di UIN Alauddin Makassar itu.
Kegiatan yang berlangsung sekitar tiga jam yang dilaksanakan di LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi tersebut sangat meriah, karena di penghujung workshop disediakan sesi tanya-jawab oleh peserta workshop kepada narasumber.
![]() |
Koran Tribun Timur edisi Selasa (18/11) |
(Muh. Galang Pratama melaporkan dari Samata, Kampus 2 UIN Alauddin Makassar).
Lihat juga di : http://rakyatbersatu.com/gerakan-menulis-kpi-fdk-uin-alauddin-makassar/
Subscribe to:
Posts (Atom)